Showing posts with label Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat. Show all posts
Showing posts with label Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat. Show all posts

Sunday, November 8, 2020

Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat

 

Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat



Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur. Kaidah bahasa yang dominan  dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas)  dan  penggunaan  konjungsi  yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Hikayat juga banyak menggunakan gaya bahasa untuk memperindah cerita yang disampaikan.

1. Majas

Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola, dan majas perbandingan.

Meskipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.

Perhatikan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan hikayat berikut ini.

Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di negeri Antah Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki.

Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel Garcia Marquez berikut ini.

 

    “Pilih mana,” katanya, “tiga, empat, atau tujuh?” “Empat.”

      Ia tersenyum penuh kemenangan.

“Selama lima belas tahun saya bekerja di sini,” katanya, “Anda orang pertama yang tidak memilih tujuh.”

Ia menulis nomor kursi di boarding pass-ku dan mengembalikannya bersama dokumen-dokumenku, lalu memandangku untuk kali pertama dengan matanya yang berwarna anggur, sebuah hiburan sampai aku bisa melihat si Cantik lagi. Kemudian ia memberi tahu bahwa bandara baru saja ditutup dan semua penerbangan ditunda.

Dikutip dari: http://icanjambi.blogspot.co.id/2012/10/cerpen-gabriel-garcia-marquez-putri.html

Majas simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen. Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung kata  pembanding  yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.


Perhatikan contoh berikut ini.

 

Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu. Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin laki bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing rupanya. Maka orang banyak itupun ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu.

Hikayat Si Miskin

\

 

Peristiwa itu terjadi berpuluh tahun silam, pada Oktober 1965  yang begitu merah. Seperti warna  bendera  bergambar  senjata  yang  merebak dan dikibarkan sembunyi-sembunyi. Ketika itu, aku masih sepuluh tahun. Ayah meminta ibu dan aku untuk tetap tenang di kamar belakang. Ibu terus mendekapku ketika itu.

Kabut Ibu karya Masdar Zaenal, Kompas Minggu 8 Juli 2012

 

Sumber : 

Bahasa Indonesia : buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- .

Edisi Revisi Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.