Sunday, October 18, 2020

MATERI TEKS ANEKDOT KELAS X SEMESTER 1

 MATERI TEKS ANEKDOT KELAS X SEMESTER 1

Mendata Pokok-pokok Isi Anekdot

 

Anekdot ialah cerita singkat yang   menarik karena lucu  dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga  anekdot yang  tidak berasal dari kejadian nyata.

Berikut adalah contoh anekdot.

Contoh 1 :

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.

Tono: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”

Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.” 

Tono: “Ya, Udin tahu penyebabnya. ”

Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.” 

Tono: “Bukan itu  penyebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.” 

Udin: “Loh, apa hubungannya.”

Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” 

Udin: “???”


 


Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id dengan penyesuaian.

Contoh 2 :

Cara Keledai Membaca Buku

Alkisah, seorang raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.

Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku  besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si Keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.

“Demikianlah, keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya,” kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai membaca?”

Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran- lembaran besar mirip buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.”

“Namun, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.” Jadi, kalau kita juga membuka- buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius.

 

Sumber: http://blogger-apik1.blogspot.co.id (dengan penyesuaian)

Analisis Teks Anekdot  dari judul “Dosen yang juga Menjadi Pejabat” adalah sebagai berikut :

Judul

Dosen yang juga Menjadi Pejabat

Masalah yang dibahas

Dosen yang merangkap jadi pejabat.

Unsur humor

Kalimat penutup anekdot sebagai jawaban mengapa sang dosen tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya ternyata karena kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.

Makna tersirat yang disampaikan

Makna tersirat yang disampaikan adalah kritikan pada para pejabat yang takut kehilangan jabatannya atau tidak mau diganti oleh pejabat baru.

Alasan dimasukkan sebagai teks anekdot

Dalam kedua cerita tersebut, selain mengandung humor, ada juga sindiran atau kritikan yang disampaikan.

 

Analisis Teks Anekdot  dari judul “Cara Keledai Membaca Buku” adalah sebagaiberikut:

Judul

Cara Keledai Membaca Buku

Masalah yang dibahas

Kebiasaan Mereka

Unsur humor

Seekor keledai membaca buku dengan cara menjilat-jilat lembaran buku.

Makna tersirat yang disampaikan

Bila kita membaca buku tanpa memahami isinya, kita sama bodohnya dengan seekor keledai yang membaca buku dengan cara menjilat-jilat lembaran buku.

 

Batasan Anekdot, isi pokok dan fungsi

 

Batasan anekdot

Anekdot adalah sebuah cerita pendek yang berisi sebuah sindiran terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi dengan humor.

Isi pokok anekdot

Isi pokok dari sebuah teks anekdot adalah sebuah sindirian pada suatu hal atau pada seseorang.

Fungsi anekdot

Fungsi dari anekdot adalah sebuah hiburan atau intermezo yang dilengkapi dengan sebuah sindiran terhadap suatu hal.

 

Mengidentifikasi Penyebab Kelucuan Anekdot

 Kelucuan dalam anekdot biasanya disampaikan dengan bahasa yang singkat, tetapi mengena. Dalam anekdot berjudul Dosen yang juga Menjadi Pejabat terdapat sindiran atas dosen yang juga menjadi pejabat. Cerita tersebut menjadi lucu karena alasan dosen tidak mau berdiri, duduk terus selama mengajar, karena takut akan kehilangan kursinya kalau ia duduk.

    

          Mengonstruksi Makna Tersirat dalam Teks Anekdot

 

Membandingkan Anekdot dengan Humor

Seringkali orang menyamakan antara humor dengan anekdot.

Agar dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara keduanya, bacalah humor berikut ini.


Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur

 

 

Surat Tukang Buah kepada Tukang Sayur

Wajahmu memang manggis


sifatmu juga melon kolis


Tapi hatiku nanas karena cemburu


Terasa sirsak napasku


Hatiku anggur lebur


Ini delima dalam hidupku


Memang ini salakku  Jarang apel di malam minggu


Ya Tuhan ... Aku mohon belimbing-mu


Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu


Semangka kau bahagia dengan pria lain 


Sawo nara………

 


Dari : Durianto

 

Balasan dari Tukang sayur

 

Membalas kentang suratmu itu

Brokoli-brokoli sudah kubilang

Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai

Jagungmu tak pernah dicukur

Disuruh dateng malem minggu

eh nongolnya hari labu

Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pare

Kalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel

Terus terong aja

cintaku padamu sudah lama tomat

Jangan kangkung aku lagi

aku mau hidup seledri

Cabe dech.

Dari : Sayurati


 





(Dikutip dari https://plus.google.com/u/0/communities/ 104074508652281682239 dengan penyesuaian)

Setelah membaca humor tersebut, dapat disimpulkan tentang makna.

 

Sumber ide

Ide cerita yang diambil pada humor tersebut hanyalah sebuah cerita rekaan atau imajinasi saja.

 

Masalah

Masalah yang diangkat pada teks humor tersebut adalah cerita sehari-hari atau peristiwa yang umum terjadi dan tidak berkaitan dengan tokoh publik dan kepentingan masyarakat umum.

Makna tersirat

Tidak ada makna tersirat dalam teks humor tersebut.

Tujuan komunikasi

Tujuan komunikasi dari teks tersebut sebagai sebuah hiburan.

 


Persamaan dan perbedannya Humor Surat Cinta Tukang Buah kepada Tukang Sayur dengan teks anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat seperti berikut ini.

Aspek

Anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat

Humor Surat Cinta Tukang Buah kepada Tukang Sayur

Ide cerita

Peristiwa nyata

Rekaan

Isi

Masalah terkait tokoh publik atau masalah yang menyangkut orang banyak

Masalah kehidupan sehari- hari, umum

Fungsi komunikasi

Menyampaikan kritik/ sindiran secara halus

Menghibur

Makna tersirat

Menyadarkan para pejabat agar bila masa jabatannya habis mereka bersedia untuk turun dari jabatannya dan siap digantikan oleh yang lain

Tidak ada makna atau pesan tersirat yang disampaikan

 

Persamaan dan perbedaan antara humor dan anekdot.

Perbedaan Anekdot dan Humor adalah sebagai berikut :

 

Anekdot

Humor

Perbedaan

1.        Makna yang disampaikan adalah makna yang tersirat, bukan makna sesungguhnya.

2.        Mengandung sindiran terhadap seseorang atau kelompok masyarakat tertentu.

3.        Topik yang dibahas mengenai hal yang berhubungan dengan kepentingan khalayak ramai.

1.     Tidak mengandung makna tersirat.

 

 

2.     Hanya merupakan hiburan semata.

 

 

3.     Topik yang dibicarakan merupakan topik umum pada kehidupan sehari-hari dan tidak berhubungan dengan kepentingan orang banyak.

 

Persamaan anekdot dengan humor adalah sebagai berikut.

Keduanya sama-sama mengandung humor (unsur kelucuan). Meskipun ide cerita dalam anekdot diangkat dari kejadian nyata, tetapi cerita yang disajikan sama dengan anekdot yakni sama-sama rekaan. Cerita rekaan dalam anekdot disajikan dengan berbagai cara misalnya dengan mengganti nama tokoh, waktu, dan tempat peristiwa terjadi.

 

Menganalisis Kritik yang Disampaikan dalam Anekdot

Kritik dalam anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak disampaikan secara langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara pihak yang menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang ingin disampaikan, kritiknya, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa menimbulkan ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita menggunakan ungkapan yaitu berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis, bukan makna sebenarnya.

Berikut adalah contoh analisis kritik atau sindiran dalam anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat.

Kata, frasa, klausa, atau kalimat

Makna idiomatis

Kursi

Jabatan

Takut kursinya diambil orang

Takut jabatannya direbut orang lain

 

Berdasarkan identifikasi kata dan klausa idiomatis dalam tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kritik yang disampaikan dalam anekdot tersebut  ditujukan  pada para pejabat yang tidak mau atau takut dilengserkan. Pesan tersirat yang ingin disampaikan adalah agar para pejabat sadar diri dan beredia diganti oleh generasi berikutnya ketika masa jabatannya habis.



Makna Tersirat dalam Anekdot



Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik .

Sekarang, mari kita perhatikan lagi anekdot "Dosen yang juga Menjadi Pejabat"

 

Dosen yang juga Menjadi Pejabat


Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.


Tono: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”

Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.” 

Tono: “Ya, Udin tahu penyebabnya.”

Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.” 

Tono: “Bukan itu penyebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.” 

Udin: “Loh, apa hubungannya.”

Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” 

Udin: “???”


Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id dengan penyesuaian.

 

Dalam teks anekdot di atas, kritik yang diampaikan ditujukan pada para pejabat yang takut dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan jabatan.

Tujuan yang ingin disampaikan tentu bukan hanya menyindir para pejabat yang tidak mau atau takut kehilangan jabatan, tetapi jauh lebih dari itu yaitu agar para pejabat sadar bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis, hendaknya para pejabat itu dengan legawa bersedia digantikan oleh orang lain.

Jadi, makna tersirat yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan melalui anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang disampaikan lewat anekdot.

 

Mengidentifikasi Struktur Teks Anekdot

Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya.

Teks anekdot memiliki struktur abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi ^ koda.

1.Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.

2.Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.

3.Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.

4.Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.

5.Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.


 

Contoh analisis struktur teks anekdot.

Aksi Maling Tertangkap CCTV

Isi

Struktur

Seorang warga melapor kemalingan.

Abstraksi

Pelapor Polisi Pelapor

:

:

:

“Pak saya kemalingan.” “Kemalingan apa?”

“Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”

Orientasi

Polisi Pelapor

 

Polisi

:

:

 

:

“Kemalingan kok beruntung?”

“Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.” “Sudah minta izin malingnya untuk merekam?”

Krisis

Pelapor

 

Polisi

:

 

:

“Belum..... “ (sambil menatap polisi dengan penuh

keheranan.

“Itu ilegal. Anda saya tangkap.”

Reaksi

Pelapor

:

(hanya bisa pasrah tak berdaya).

Koda

 

Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot

Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki  fitur kebahasaan yang khas yaitu

(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu; (b) menggunakan kalimat    retoris,    kalimat    pertanyaan    yang    tidak    membutuhkan jawaban;

(c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan  waktu seperti kemudian, dan lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca, berjalan, dan sebagainya; (e) menggunakan imperative sentece (kalimat perintah); (f) menggunakan (kalimat seru).

Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak

 Pidana Korupsi.

Unsur Kebahasaan

Cotoh Kalimat

Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu

Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.

Kalimat retoris

“Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”

Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu

Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”

Penggunaan kata kerja aksi

Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.

Penggunaan kalimat perintah

“Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”

Penggunaan kalimat seru

“Oh, maaf.”

 

Judul anekdot: Aksi maling Tertangkap CCTV

Unsur Kebahasaan

Contoh Kalimat

Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu

Seorang warga melapor kemalingan.

Penggunaan kata kerja aksi

Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.”

Penggunaan kalimat seru

“Itu ilegal. Anda saya tangkap.”

 

Judul anekdot: Dosen yang menjadi Pejabat

Unsur Kebahasaan

Contoh Kalimat

Kalimat langsung

Dalam teks tersebut, semua dialog ditulis dalam bentuk drama menggunakan kalimat langsung.

Penggunaan kata kerja aksi

“Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”

Penggunaan kalimat seru

Udin: “???”

 

Menceritakan Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda

 

Salah satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga menggunakan gaya penceritaan yang berbeda. Namun, penulisan ulang ini tetap harus memerhatikan kebahasaan dan strukturnya.

Setelah memahami batasan anekdot, isi, struktur dan ciri kebahasaannya, berikutnya siswa akan belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah menuliskan kembali teks anekdot yang kamu baca dengan pola penyajian yang berbeda.

Berikut ini adalah contoh teks anekdot Seorang Dosen yang juga Menjadi Pejabat dengan pola penyajian naratif yang diubah dari teks aslinya yang berbentuk dialog.

Menyusun Teks Anekdot Berdasarkan Kejadian

yang Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik

 

Dalam menyusun anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut adalah tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, dan pola penyajian teks anekdot. Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun anekdot. Jadi, bacalah dengan teliti contoh penyusunan anekdot agar  nantinya kamu bisa menyusun anekdotmu sendiri.

Dalam contoh berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot disusun. Langkah-langkah penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom ketiga.

No.

Aspek

Isi

1.

Tema

Kasih sayang pada orang tua

2.

Kritik

Anak yang memandang orang tua di masa tuanya sebagai orang yang merepotkan.

3.

Humor/ kelucuan

Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil

4.

Tokoh

Kakek tua, ayah dan ibu (anak), cucu 6 tahun

5.

Struktur

Observasi

Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu dan cucu 6 tahun.

Orientasi

Kebiasaan makan malam di rumah si anak. Kakek tua makannya sering berantakan.

Krisis

Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok, dengan alat makan anti pecah.

Reaksi

Cucu 6 tahun membuat replika meja terpisah.

Koda

Cucu 6 tahun mengungkap-kan kelak akan membuat meja terpisah juga untuk ayah dan ibunya.

6.

Alur

Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si Kakek rabun dan tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia ditempatkan di meja terpisah dengan alat makan anti pecah.

Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6 tahun yang tengah bermain membuat replika meja.

 

 

No.

Aspek

Isi

7

Pola penyajian

 

Narasi

8

Teks anekdot

Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan.

Sendok dan garpu kerap jatuh.

Saat si kakek meraih gelas, susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar.

Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah.

Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi.

Sang cucu yang baru berusia 6 tahunmengamati semua kejadian itu dalam diam.

Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu.

“Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat Ayah dan Ibu. Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam.

Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah.


Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu. Halaman  47.(dengan penyesuaian)

 

 

 

Demikian Materi Teks Anekdot yang dapat saya sampaikan, semoga dapat membantu dalam belajar.

 

Sumber :

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bahasa Indonesia : buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- .

Edisi Revisi Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. xviii, 366 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X

ISBN 978-602-427-102-2 (jilid lengkap) ISBN 978-602-427-103-9 (jilid 1)

Penulis                   : Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. Penelaah          : Dwi Purnanto, Hasanuddin WS, Liliana Muliastuti,

Muhammad Rapi Tang

Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud