Blog ini memberikan serba serbi informasi dari berbagai serbi dari informasi serba ada.
Sunday, November 22, 2020
Bantuan Subsidi Upah ( BSU ) untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan ( PTK ) Khusus Non PNS Sudah Bisa Dicairkan
Kemendikbud Beri Bantuan Subsidi Upah untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) non-pegawai negeri sipil (Non-PNS)
Bantuan Subsidi BSU sudah bisa dicairkan apabila sudah mempunyai SK,dan tertera rekening bank yang ditunjuk pemerintah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan Bantuan Subsidi Upah (BSU) kepada sekitar dua juta Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) non-pegawai negeri sipil (Non-PNS) di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tahun 2020. Bantuan tersebut diberikan secara bertahap sampai akhir November 2020 dengan total anggaran lebih dari Rp 3,6 triliun.
“Bantuan Subsidi Upah untuk membantu para ujung tombak pendidikan yang telah berjasa membantu pendidikan anak-anak kita,” demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, pada peluncuran BSU Kemendikbud, di Jakarta, Selasa (17/11/2020).
Mendikbud berharap BSU dapat melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para dosen, guru, kepala sekolah, pendidik pada pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidik pada pendidikan kesetaraan, tenaga pengelola perpustakaan, tenaga pengelola laboratorium, dan tenaga administrasi non-PNS di lingkungan Kemendikbud. BSU disalurkan kepada 162 ribu dosen perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta; 1,6 juta guru dan pendidik pada satuan pendidikan negeri dan swasta; dan 237 ribu tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga administrasi.
Menurut Mendikbud, Pemerintah selalu mengutamakan kesederhanaan kriteria sehingga memudahkan para calon penerima dalam memperoleh bantuan. Syarat PTK yang mendapat BSU adalah warga negara Indonesia (WNI) berpenghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan dan berstatus non-PNS serta tidak menerima bantuan subsidi upah/gaji dari Kementerian Tenaga Kerja dan bukan penerima kartu prakerja sampai 1 Oktober 2020.
Berbagai syarat tersebut tertuang dalam Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Berupa Subsidi Gaji/Upah Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Penanganan Dampak Coronavirus Disease (Covid-19) Tahun Anggaran 2020. “Syarat ini agar bantuan adil dan tidak tumpang tindih sehingga tidak ada individu yang menerima bantuan berlimpah dari pemerintah, sementara yang lain tidak mendapatkan,” jelas Mendikbud.
Pulihkan Ekonomi Pendidik
Kemendikbud didukung Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) berkoordinasi melakukan pendataan para Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non-PNS yang dinilai paling terdampak pandemi untuk menerima bantuan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Ketua Pelaksana KPC PEN, Erick Thohir, memberikan dukungan atas program BSU. “Terima kasih kepada Mendikbud dan Menteri Keuangan yang telah memberikan kepercayaan kepada bank milik negara untuk membantu program-program pemerintah. Kami mendukung program pemerintah agar data akurat, tidak salah sasaran, dan akuntabel,” terang Erick.
Dukungan yang sama disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Menurutnya, pandemi Covid-19 merupakan bencana luar biasa dan berdampak terhadap perekonomian. “Khusus pendidikan, pembelajaran tiba-tiba harus dilakukan secara daring. Oleh sebab itu, kita keluarkan langkah-langkah membantu. Kemudian kita lihat guru-guru non-PNS. Mereka banyak yang pendapatannya di bawah Rp 5 juta. Maka, pemerintah keluarkan BSU bagi mereka,” terang Menteri Keuangan.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, juga memberikan apresiasi atas komitmen Kemendikbud terhadap para guru non-PNS. “Kami mengapresiasi Mendikbud yang meluncurkan BSU. Bantuan ini bagai mata air di musim kemarau. Kami apresiasi setinggi-tingginya,” tegas Hetifah.
Guru SMPN 41 Satu Atap Batu Putih, Maros, Sulawesi Selatan, Muhamad Kasim, yang berkesempatan hadir dalam peluncuran BSU menyampaikan apresiasi kepada pemerintah yang telah memberikan bantuan bagi guru non-PNS. “Saya salah satu yang mendapat bantuan. Saya yang non-PNS ini sangat bersyukur mendapatkan penghasilan tambahan di samping dari pemanfaatan dana Bantuan Operasional Sekolah,” tutur Kasim.
Baedhowi, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pengurus Pusat Muhammadiyah juga menyambut baik kebijakan Kemendikbud ini. “Saya menyambut baik kebijakan Mendikbud yang memberikan bantuan subsidi upah bagi guru-guru non-PNS,” tuturnya.
Senada dengan itu, Ruswan, Ketua Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) menyatakan, “Pada saat pandemi seperti ini, bantuan tersebut sungguh sangat dinantikan para guru dan tenaga kependidikan swasta, karena banyak di antara mereka yang tidak bisa mendapatkan gaji secara rutin.”
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia, Muhammad Ramli Rahim, mengatakan BSU sangat diperlukan para guru non-PNS. “Bantuan ini sangat penting dalam upaya mendukung proses pembelajaran agar bisa terus berjalan. Para guru bisa berkonsentrasi mengajar tanpa memikirkan asap dapur mereka.”
Agus Noorsanto, Perwakilan Himpuran Bank Milik Negara berpendapat sama. “Peluncuran BSU ini diharapkan dapat mendukung PTK non-PNS dalam mengamban tugas mulianya mendidik anak bangsa yang dalam situasi pandemi ini menjadi lebih menantang,” ujarnya.
Mekanisme Transparan dan Akuntabel
Guna memastikan bantuan disalurkan secara transparan dan akuntabel, Kemendikbud membuatkan rekening baru untuk setiap PTK penerima BSU Kemendikbud. PTK dapat mengakses Info GTK (info.gtk.kemdikbud.go.id) atau Pangkalan Data Dikti (pddikti.kemdikbud.go.id) untuk menemukan informasi rekening bank masing-masing dan lokasi cabang bank pencairan bantuan.
Selanjutnya, PTK menyiapkan dokumen pencairan BSU sesuai informasi yang didapatkan, yakni Kartu Tanda Penduduk (KTP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) jika ada, surat keputusan penerima BSU yang dapat diunduh dari Info GTK dan PDDikti, serta Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang dapat diunduh dari Info GTK dan PDDikti, diberi materai, dan ditandatangani. Setelah dokumen tersebut lengkap, PTK dapat mendatangi bank penyalur untuk pencairan dengan membawa dokumen yang dipersyaratkan dan menunjukkan ke petugas bank penyalur untuk diperiksa.
Setelah melengkapi keseluruhan proses, PTK diberikan waktu mengaktifkan rekening dan mencairkan bantuan senilai 1,8 juta rupiah dipotong pajak hingga 30 Juni 2021. Mendikbud menutup kegiatan peluncuran dengan pesan, “Dari awal masa jabatan, saya selalu menegaskan bahwa kami adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kebijakan-kebijakan Kemendikbud tidak hanya berpihak pada guru-guru sekolah negeri, tetapi juga mereka yang di sekolah swasta. Termasuk para guru honorer.”
Peluncuran BSU Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non-PNS di lingkungan Kemendikbud Tahun 2020 dapat disimak melalui tautan: https://www.youtube.com/watch?v=N-VjOuwruus.
Sumber : https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/bantuan-subsidi-upah-kemendikbud-bukti-pemerintah-hadir
Sunday, November 8, 2020
Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat
Membandingkan Penggunaan Bahasa dalam Cerpen dan Hikayat
Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur. Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian. Hikayat juga banyak menggunakan gaya bahasa untuk memperindah cerita yang disampaikan.
1. Majas
Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola, dan majas perbandingan.
Meskipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.
Perhatikan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan hikayat berikut ini.
Si Miskin laki-bini dengan rupa
kainnya seperti
dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di
negeri Antah Berantah dibawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana
mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai
dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak
dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si
Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. |
Si Miskin dalam kutipan hikayat di atas merupakan contoh majas antonomasia yaitu majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol. Bandingkan dengan penggunaan majas antonomasia dalam penggalan novel Putri Tidur dan Pesawat Terbang karya Gabriel Garcia Marquez berikut ini.
“Pilih mana,” katanya, “tiga, empat, atau tujuh?” “Empat.” Ia tersenyum penuh kemenangan. “Selama lima belas tahun saya bekerja di sini,”
katanya, “Anda orang pertama yang tidak memilih tujuh.” Ia menulis nomor kursi di boarding pass-ku dan mengembalikannya bersama dokumen-dokumenku,
lalu memandangku untuk kali pertama dengan matanya yang berwarna anggur,
sebuah hiburan sampai aku bisa melihat si
Cantik lagi. Kemudian ia memberi tahu bahwa bandara baru saja ditutup dan
semua penerbangan ditunda. Dikutip dari:
http://icanjambi.blogspot.co.id/2012/10/cerpen-gabriel-garcia-marquez-putri.html |
Majas simile juga banyak digunakan dalam hikayat maupun cerpen. Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.
Perhatikan contoh berikut ini.
Maka si Miskin itupun sampailah ke penghadapan itu.
Setelah dilihat oleh orang banyak, si Miskin laki bini
dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing
rupanya. Maka orang banyak itupun
ramailah ia tertawa seraya mengambil kayu dan batu. Hikayat Si
Miskin |
Peristiwa
itu terjadi berpuluh tahun silam, pada Oktober 1965 yang begitu merah. Seperti warna bendera bergambar
senjata yang
merebak dan dikibarkan
sembunyi-sembunyi. Ketika itu, aku masih sepuluh tahun. Ayah meminta
ibu dan aku untuk tetap tenang di kamar belakang.
Ibu terus mendekapku ketika itu. Kabut Ibu karya Masdar Zaenal,
Kompas Minggu 8 Juli 2012 |
Bahasa Indonesia : buku guru/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- .
Sunday, November 1, 2020
Materi Teks Cerita Hikayat Kelas X Semester 1
Mengidentifikasi Isi Pokok Cerita Hikayat
Hikayat termasuk cerita rakyat yang perlu dilestarikan. Cerita rakyat merupakan titipan budaya dari nenek moyang kepada generasi penerus bangsa. Cerita rakyat penting dilestarikan dan dikembangkan. Setidaknya, ada tiga fungsi cerita rakyat yang mengharuskan kita tetap melestarikannya, yaitu:
1.sebagai sarana hiburan;
2.sebagai sarana pendidikan karena di dalamnya terkandung banyak nilai yang dapat diteladani dalam kehidupan;
3.sebagai sarana menunjukkan dan melestarikan budaya bangsa karena dari cerita rakyat dapat dikokohkan nilai sosial dan budaya suatu bangsa.
Berikut adalah
contoh hikayat untuk dibacakan. Siswa diminta menutup bukunya saat pembacaan
hikayat berikut.
Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang
patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya:
barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat menangkap Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala
Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya. Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indrra Bangsawan. Indera Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa
menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.
Mengidentifikasi Karakter Hikayat
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain.
Adapun karakteristik hikayat antara lain:
1.terdapat kemustahilan dalam cerita,
2.kesaktian tokoh-tokohnya,
3.anonim,
4.istana sentris,
5.menggunakan alur berbingkai.
1.Kemustahilan
Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal tidak logis atau tidak bisa dinalar yang terjadi.
Perhatikan contoh berikut.
Kemustahilan |
Kutipan Teks |
Bayi lahir disertai pedang dan panah. |
Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi pun hamillah
dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan
panah dan yang muda dengan pedang. |
Seorang putri keluar dari gendang. |
Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya
gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun
keluarlah dari gendang itu. Ia ditaruh
orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. |
2.Kesaktian tokoh
Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat. Kesaktian dalam Hikayat Indera Bangsawan ditunjukkan dengan kesaktian kedua pangeran kembar, Syah Peri dan Indera Bangsawan, serta raksasa. Adapun kesaktian ketiga tokoh tersebut adalah sebagai berikut.
1.Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan;
2.Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau untuk mengalahkan Buraksa.
3.Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.
Kutipan Teks |
Kesaktian Tokoh |
Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung.
Gendang itu dibukanya dan
dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya
pisau dan ditorehnya gendang
itu, maka Puteri Ratna Sari
pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna
Sari menerangkan bahwa negerinya
telah dikalahkan oleh Garuda.
Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya
dalam gendang itu dengan suatu
cembul. Di dalam cembul yang lain ialah
perkakas dan dayang- dayangnya.
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu.
Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. (Hikayat Si Miskin) |
Syah Peri mampu mengalahkan garuda. |
3.Anonim
Salah satu ciri cerita rakyat, termasuk hikayat, adalah anonim. Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja mengarang.
4.Istana sentris
Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Dalam Hikayat Indera Budiman hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan anak raja, yaitu Raja Indera Bungsu, putranya Syah Peri dan Indera Bangsawan, Putri Ratna Sari, Raja Kabir, dan Putri Kemala Sari. Selain itu, latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh raja serta istana dalam suatu kerajaan.
Sebenarnya selain karakteristik di atas, hikayat juga mempunyai ciri khusus dalam hal penggunaan bahasanya. Karakteristik bahasa hikayat akan dibahas pada bagian lain di bab ini. Selanjutnya siswa diminta mengerjakan tugs mandiri yaitu mengidentifikasi karakteristik hikayat dalam teks Hikayat Bayan Budiman berikut ini.
Mengidentifikasi Nilai-nilai dalam Hikayat
Hikayat banyak mengandung nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religi (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan).
Perhatikan contoh analisis nilai yang terkandung dalam Hikayat Indera Bangsawan berikut.
Nilai |
Konsep Nilai |
Kutipan Teks |
Agama |
Memohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah
agar dimudahkan urusannya |
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa
Qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. |
Pasrah kepada Tuhan setelah berusaha |
Maka ia pun menyerahkan dirinya
kepada AllahSubhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. |
Nilai |
Konsep Nilai |
Kutipan Teks |
Sosial |
Tidak melihat perbedaan status sosial |
Si Kembar menolak dengan
mengatakan bahwa dia adalah hamba
yang hina. Akan tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati. |
Membantu orang-orang yang berada dalam posisi kesulitan |
Dengan segera Syah Peri
mengeluarkan dayang- dayang itu.
Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. |
|
Budaya |
Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu siapa yang
paling gagah dan pantas menjadi penggantinya. |
Maka baginda pun bimbanglah, tidak
tahu siapa yang patut dirayakan
dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari
muslihat; ia menceritakan kepada
kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa
yang dapat mencari buluh perindu yang
dipegangnya, ialah yang patut menjadi
raja di dalam negeri. |
Mencari jodoh putrinya dengan cara mengadakan sayembara atau semacam perlombaan untuk menunjukkan yang terkuat dan terhebat. |
Adapun Raja Kabir itu
takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari
sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan
dibinasakan oleh Buraksa.
Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan
bahwa barang siapa yang dapat menangkap
Buraksa itu akan dinikahkan
dengan anak
perempuannya yang terlalu
elok parasnya itu. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang
akan menjadi suami tuan puteri.” |
|
Moral |
Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu. |
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu
kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. |
Memperdaya orang yang tidak berusaha. |
Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya
akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. |
Nilai |
Konsep Nilai |
Kutipan Teks |
Edukasi |
Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil. |
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah
usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. |
Saturday, October 31, 2020
Izinkan Aku Rindu Ciptaan Pipin Pirmansyah
IZINKAN AKU RINDU
Cipt: Pipin Pirmansyah
Intro :
C-G-AM-Em-F-C-Dm-G
Izinkan aku ucapkan rindu
Izinkan ku katakan pada mu
Walau sangat berat ini terucap
Namun rasa ini, tak bisa ditahan lagi
Lewat lagu ini ku nyanyikan
Melodi cinta aku dendangkan
Dengan kesungguhan hati ku ini
Agar kau mengerti bahwa aku sayang
Reff:
Maafkanlah aku bukan memaksamu
Untuk menyayangi diriku ini
Tapi rasa ini sungguh kepadamu
sampai kapanpun aku menyayangimu
Namun bila kau tak pernah merasakan
Detak jantung ku dalam hatimu
Biarlah Sudahlah ..
Mungkin ini suratan diriku
Thursday, October 29, 2020
HATI YANG LUKA BETHARIA SONATA
HATI YANG LUKA - BETHARIA SONATHA
Berulang kali aku mencoba
s’lalu untuk mengalah
demi keutuhan kita berdua
walau kadang sakit
Lihatlah tanda merah di pipi
bekas gambar tanganmu
sering kau lakukan
bila kau marah menutupi salahmu
Samakah aku
bagai burung disana
yang dijual orang
hingga sesukamu
kau lakukan itu
kau sakiti aku
Kalaulah memang kita berpisah
itu bukan suratan
mungkin ini lebih baik
agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja
aku pada ibuku atau ayahku…
Dulu, segenggam emas
kau pinang aku…
Dulu, bersumpah janji
di depan saksi wow wow…
Namun semua hilanglah sudah
ditelan dusta wow wow…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…
(Biar…,
biarkanlah ada duka malam ini
mungkin esok kan kau jelang
bahagia bersama yang lain)
Kalaulah memang kita berpisah
itu bukan suratan
mungkin ini lebih baik
agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja
aku pada ibuku atau ayahku…
Dulu, segenggam emas
kau pinang aku…
Dulu, bersumpah janji
didepan saksi wow wow…
Namun semua hilanglah sudah
ditelan dusta wow wow…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…
Namun semua tinggal cerita
hati yang luka…
Wednesday, October 28, 2020
MADU DAN RACUN LIRIK-ARIE WIBOWO
MADU DAN RACUN LIRIK-ARIE WIBOWO
Engkau yang cantik, engkau yang manis, engkau yang manja
Selalu tersipu, rawan sikapmu, di balik kemelutmu
Di remang kabutmu, di tabir mega-megamu
Ku melihat dua tangan di punggungmu
Madu di tangan kananmu
Racun di tangan kirimu
Aku tak tahu mana yang
Akan kau berikan padaku
Aku tak tahu mana yang
Akan kau berikan padaku
Engkau yang cantik, engkau yang manis, engkau yang manja
Selalu tersipu, rawan sikapmu, di balik kemelutmu
Di remang kabutmu, di tabir mega-megamu
Ku melihat dua tangan di punggungmu
Madu di tangan kananmu
Racun di tangan kirimu
Aku tak tahu mana yang
Akan kau berikan padaku
Aku tak tahu mana yang
Akan kau berikan padaku
Tuesday, October 27, 2020
ANGIN MALAM - Broery Marantika
ANGIN MALAM - Broery Marantika
Berhembus angin malam
Mencengkam menghempas
Membelai wajah ayu
Itulah kenangan yang terakhir darimu
Kudekati dirimu kau diam
Tersungging senyuman di bibirmu
Itulah senyuman yang terakhir darimu
Seiring gemuruh angin
Meniup daun-daun
Alam yang jadi saksi
Kau serahkan jiwa raga
Angin tetap berhembus
Tak henti
Walaupun sampai akhir hayatku
Tapi tak lagi kau berada di sisiku
Oh... angin malam bawalah daku
Kepadanya... oh... oh...
Monday, October 26, 2020
Lirik lagu Kopi Dangdut Terbaru
KOPI DANGDUT
Ciptaan : Fahmi Shahab & Andi Hardi
Kala kupandang kerlip bintang nun jauh disana Saat kudenger melodi cinta yang menggema Terasa kembali gelora jiwa mudaku Karna tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut
Api asmara yang dahulu pernah membara Semakin hangat bagai ciuman yang pertama Detak jantungku seakan ikut irama karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut Irama kopi dangdut yang ceria Menyengat hati menjadi gairah membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu Api asmara yang dahulu pernah membara Semakin hangat bagai ciuman yang pertama Detak jantungku seakan ikut irama Karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdutSunday, October 18, 2020
MATERI TEKS ANEKDOT KELAS X SEMESTER 1
MATERI TEKS ANEKDOT KELAS X SEMESTER 1
Mendata Pokok-pokok Isi Anekdot
Anekdot ialah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan. Anekdot mengangkat cerita tentang orang penting (tokoh
masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat
kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun
demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal
dari kejadian nyata.
Berikut adalah contoh anekdot.
Contoh 1 :
Dosen yang juga Menjadi Pejabat
Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono: “Ya, Udin tahu penyebabnya. ”
Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.”
Tono: “Bukan itu penyebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.”
Udin: “Loh, apa hubungannya.”
Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin: “???”
Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id
dengan penyesuaian.
Contoh 2 :
Cara Keledai Membaca Buku
Alkisah, seorang
raja bernama Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin
menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat, agar Nasrudin
mengajari terlebih dahulu keledai itu agar dapat membaca. Timur Lenk memberi
waktu dua minggu sejak sekarang kepada Nasrudin.
Nasrudin menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun keledai itu ia
memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika ia dapat mengajari keledai itu untuk
membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak maka hukuman pasti
akan ditimpakan kepadanya.
Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar
Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada keledai. Nasrudin lalu menggiring
keledainya menghadap ke arah buku tersebut,
dan membuka sampulnya.
Si keledai menatap
buku itu. Kemudian, sangat ajaib! Tak lama kemudian si Keledai mulai
membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga
halaman terakhir. Setelah itu, si Keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia
telah membaca seluruh isi bukunya.
“Demikianlah,
keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya,” kata Nasrudin. Timur Lenk merasa
ada yang tidak beres dan ia mulai menginterogasi. Ia kagum dan memberi hadiah
kepada Nasrudin. Namun, ia minta jawaban, “Bagaimana cara mengajari keledai
membaca?”
Nasrudin berkisah,
“Sesampainya di rumah, aku
siapkan lembaran- lembaran besar mirip
buku. Aku sisipkan biji-biji gandum di
dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu. Kalau tidak
ditemukan biji gandumnya, ia harus membalik halaman berikutnya. Itulah yang ia lakukan
terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.”
“Namun, bukankah
ia tidak mengerti apa yang dibacanya?” tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab,
“Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa
mengerti isinya.” Jadi, kalau kita juga membuka- buka buku tanpa mengerti
isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik
serius.
Sumber: http://blogger-apik1.blogspot.co.id
(dengan penyesuaian)
Analisis Teks Anekdot dari judul “Dosen yang juga Menjadi Pejabat” adalah
sebagai berikut :
Judul |
Dosen yang juga Menjadi
Pejabat |
Masalah yang
dibahas |
Dosen yang
merangkap jadi pejabat. |
Unsur humor |
Kalimat penutup anekdot sebagai
jawaban mengapa sang dosen tidak pernah mau berdiri dari tempat duduknya
ternyata karena kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain. |
Makna tersirat yang disampaikan |
Makna tersirat yang disampaikan adalah
kritikan pada para pejabat yang takut kehilangan jabatannya atau tidak mau
diganti oleh pejabat baru. |
Alasan dimasukkan sebagai teks anekdot |
Dalam kedua cerita tersebut, selain mengandung humor, ada juga
sindiran atau kritikan yang disampaikan. |
Analisis Teks Anekdot dari judul “Cara Keledai Membaca Buku” adalah
sebagaiberikut:
Judul |
Cara Keledai Membaca Buku |
Masalah yang
dibahas |
Kebiasaan
Mereka |
Unsur humor |
Seekor keledai membaca buku dengan cara menjilat-jilat
lembaran buku. |
Makna tersirat yang disampaikan |
Bila kita membaca buku tanpa memahami isinya, kita sama
bodohnya dengan seekor keledai yang membaca buku dengan cara menjilat-jilat
lembaran buku. |
Batasan Anekdot, isi pokok dan fungsi
Batasan
anekdot |
Anekdot adalah sebuah cerita pendek
yang berisi sebuah sindiran terhadap sesuatu atau seseorang yang dilengkapi
dengan humor. |
Isi pokok anekdot |
Isi pokok dari sebuah teks anekdot adalah sebuah sindirian
pada suatu hal atau pada seseorang. |
Fungsi anekdot |
Fungsi dari anekdot adalah sebuah hiburan atau intermezo yang
dilengkapi dengan sebuah sindiran terhadap suatu hal. |
Mengidentifikasi Penyebab Kelucuan Anekdot
Membandingkan Anekdot dengan Humor
Seringkali orang
menyamakan antara humor dengan anekdot.
Agar dapat mengetahui persamaan dan
perbedaan antara keduanya, bacalah humor berikut ini.
Surat Cinta Tukang Buah dan Tukang Sayur
Surat
Tukang Buah kepada Tukang Sayur
Wajahmu
memang manggis
sifatmu
juga melon kolis
Tapi hatiku nanas karena cemburu
Terasa sirsak napasku
Hatiku anggur lebur
Ini delima dalam hidupku
Memang ini salakku
Jarang apel di malam minggu
Ya Tuhan ... Aku mohon
belimbing-mu
Kalo memang per-pisang-an ini yang terbaik untukmu
Semangka kau bahagia dengan pria lain
Sawo nara………
Dari
: Durianto
Balasan dari Tukang sayur
Membalas kentang suratmu itu
Brokoli-brokoli sudah kubilang
Jangan tiap dateng rambutmu selalu kucai
Jagungmu tak pernah
dicukur
Disuruh dateng malem minggu
eh nongolnya hari labu
Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pare
Kalo mau nelpon aku aja mesti ke wortel
Terus terong aja
cintaku padamu sudah lama tomat
Jangan kangkung aku lagi
aku mau hidup seledri
Cabe dech.
Dari : Sayurati
(Dikutip dari https://plus.google.com/u/0/communities/
104074508652281682239 dengan penyesuaian)
Setelah membaca humor
tersebut, dapat disimpulkan tentang makna.
Sumber ide |
Ide cerita yang diambil pada humor tersebut hanyalah sebuah
cerita rekaan atau imajinasi saja. |
Masalah |
Masalah yang diangkat pada teks humor tersebut
adalah cerita sehari-hari atau peristiwa yang umum terjadi dan tidak
berkaitan dengan tokoh publik
dan kepentingan masyarakat umum. |
Makna tersirat |
Tidak ada
makna tersirat dalam teks humor tersebut. |
Tujuan komunikasi |
Tujuan
komunikasi dari teks tersebut sebagai sebuah hiburan. |
Persamaan dan perbedannya Humor Surat
Cinta Tukang Buah kepada Tukang Sayur dengan teks anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat seperti berikut ini.
Aspek |
Anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat |
Humor Surat
Cinta Tukang Buah kepada Tukang Sayur |
Ide cerita |
Peristiwa
nyata |
Rekaan |
Isi |
Masalah terkait tokoh publik atau masalah yang menyangkut
orang banyak |
Masalah kehidupan sehari- hari, umum |
Fungsi komunikasi |
Menyampaikan kritik/ sindiran secara halus |
Menghibur |
Makna tersirat |
Menyadarkan para pejabat agar bila masa jabatannya habis
mereka bersedia untuk turun dari jabatannya dan siap digantikan oleh yang lain |
Tidak ada makna atau pesan tersirat yang disampaikan |
Persamaan dan
perbedaan antara humor dan anekdot.
Perbedaan Anekdot dan Humor adalah sebagai
berikut :
|
Anekdot |
Humor |
Perbedaan |
1.
Makna
yang disampaikan adalah makna yang tersirat,
bukan makna sesungguhnya. 2.
Mengandung
sindiran terhadap seseorang atau kelompok masyarakat
tertentu. 3.
Topik yang dibahas mengenai
hal yang berhubungan dengan
kepentingan khalayak ramai. |
1. Tidak
mengandung makna tersirat. |
|
2. Hanya
merupakan hiburan semata. |
|
|
3. Topik yang dibicarakan merupakan topik umum
pada kehidupan sehari-hari dan tidak berhubungan dengan kepentingan orang banyak. |
Persamaan
anekdot dengan humor adalah sebagai berikut.
Keduanya
sama-sama mengandung humor (unsur kelucuan). Meskipun ide cerita dalam
anekdot diangkat dari kejadian nyata, tetapi cerita yang disajikan sama
dengan anekdot yakni sama-sama rekaan. Cerita rekaan dalam anekdot disajikan
dengan berbagai cara misalnya dengan mengganti nama tokoh, waktu, dan tempat
peristiwa terjadi. |
Menganalisis Kritik yang Disampaikan dalam Anekdot
Kritik dalam
anekdot seringkali disampaikan dalam bentuk sindiran, tidak disampaikan secara
langsung. Hal itu dilakukan untuk menghindari konflik antara pihak yang
menyampaikan sindiran dengan pihak yang disindir. Tujuannya agar pesan yang
ingin disampaikan, kritiknya, dapat diterima oleh pihak yang dikritisi tanpa
menimbulkan ketersinggungan. Untuk itulah, pencerita menggunakan ungkapan yaitu
berupa kata, frasa, atau kalimat yang bermakna idiomatis, bukan makna
sebenarnya.
Berikut
adalah contoh analisis kritik atau sindiran dalam anekdot Dosen yang Menjadi Pejabat.
Kata, frasa, klausa, atau
kalimat |
Makna idiomatis |
Kursi |
Jabatan |
Takut kursinya diambil orang |
Takut jabatannya direbut orang lain |
Berdasarkan
identifikasi kata dan klausa idiomatis dalam tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa kritik yang disampaikan dalam anekdot tersebut ditujukan
pada para pejabat yang tidak mau atau takut dilengserkan. Pesan tersirat
yang ingin disampaikan adalah agar para pejabat sadar diri dan beredia diganti
oleh generasi berikutnya ketika masa jabatannya habis.
Makna Tersirat dalam Anekdot
Makna tersirat anekdot berbeda dengan sindiran dan kritikan. Hal ini tentu saja lebih mengarah pada tujuan yang ingin disampaikan oleh si pembuat kritik .
Sekarang, mari kita perhatikan lagi anekdot "Dosen yang juga Menjadi Pejabat"
Dosen yang juga Menjadi Pejabat Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang. Tono: “Saya heran dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.” Udin: “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.” Tono: “Ya, Udin tahu penyebabnya.” Udin: “Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri.” Tono: “Bukan itu penyebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat.” Udin: “Loh, apa hubungannya.” Tono: “Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.” Udin: “???” Sumber: http://radiosuaradogiyafm.blogspot.co.id
dengan penyesuaian. |
Dalam teks
anekdot di atas, kritik yang diampaikan ditujukan pada para pejabat yang takut
dan tidak mau turun dari jabatannya atau takut kehilangan jabatan.
Tujuan yang ingin
disampaikan tentu bukan hanya menyindir para pejabat yang tidak mau atau takut
kehilangan jabatan, tetapi jauh lebih dari itu yaitu agar para pejabat sadar
bahwa jabatan itu ada masanya. Ketika masa jabatan sudah habis, hendaknya para
pejabat itu dengan legawa bersedia
digantikan oleh orang lain.
Jadi, makna
tersirat yang dimaksud lebih mengarah pada pesan moral yang hendak disampaikan
melalui anekdot. Pesan moral itu dapat dirunut dari kritikan atau sindiran yang
disampaikan lewat anekdot.
Mengidentifikasi
Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya.
Teks anekdot memiliki struktur abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi ^ koda.
1.Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.
2.Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
3.Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
4.Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya. Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
5.Koda merupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.
Contoh analisis struktur
teks anekdot.
Aksi Maling Tertangkap CCTV |
|||
Isi |
Struktur |
||
Seorang warga melapor
kemalingan. |
Abstraksi |
||
Pelapor Polisi Pelapor |
: : : |
“Pak saya kemalingan.” “Kemalingan apa?” “Mobil, Pak. Tapi saya
beruntung Pak...” |
Orientasi |
Polisi Pelapor Polisi |
: : : |
“Kemalingan kok beruntung?” “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas.
Saya bisa melihat dengan jelas wajah malingnya.” “Sudah minta izin malingnya
untuk merekam?” |
Krisis |
Pelapor Polisi |
: : |
“Belum..... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan. “Itu ilegal. Anda saya
tangkap.” |
Reaksi |
Pelapor |
: |
(hanya bisa pasrah tak
berdaya). |
Koda |
Menganalisis Struktur dan
Kebahasaan Teks Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas yaitu
(a) menggunakan kalimat yang menyatakan
peristiwa masa lalu; (b) menggunakan
kalimat retoris,
kalimat pertanyaan
yang tidak membutuhkan
jawaban;
(c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan
hubungan waktu seperti kemudian,
dan lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis,
membaca, berjalan, dan sebagainya; (e) menggunakan imperative sentece (kalimat
perintah); (f) menggunakan (kalimat seru).
Khusus untuk
anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog, penggunaan kalimat
langsung sangat dominan.
Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
Unsur Kebahasaan |
Cotoh Kalimat |
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu |
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum
menyerang saksi. |
Kalimat
retoris |
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu
dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” |
Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu |
Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” |
Penggunaan
kata kerja aksi |
Saksi menatap keluar
jendela seolah-olah tidak mendengar
pertanyaan. |
Penggunaan
kalimat perintah |
“Pak, tolong
jawab pertanyaan Jaksa.” |
Penggunaan
kalimat seru |
“Oh, maaf.” |
Judul anekdot: Aksi maling Tertangkap CCTV
Unsur Kebahasaan |
Contoh Kalimat |
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu |
Seorang
warga melapor kemalingan. |
Penggunaan
kata kerja aksi |
Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat
dengan jelas wajah malingnya.” |
Penggunaan
kalimat seru |
“Itu ilegal.
Anda saya tangkap.” |
Judul
anekdot: Dosen yang menjadi Pejabat
Unsur Kebahasaan |
Contoh Kalimat |
Kalimat
langsung |
Dalam teks tersebut, semua dialog ditulis dalam bentuk drama
menggunakan kalimat langsung. |
Penggunaan
kata kerja aksi |
“Ya, kalau dia berdiri,
takut kursinya diduduki orang lain.” |
Penggunaan
kalimat seru |
Udin: “???” |
Menceritakan
Kembali Isi Anekdot dengan Pola Penyajian yang Berbeda
Salah satu cara
menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar
atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga menggunakan gaya
penceritaan yang berbeda. Namun, penulisan ulang ini tetap harus memerhatikan
kebahasaan dan strukturnya.
Setelah memahami
batasan anekdot, isi, struktur dan ciri kebahasaannya, berikutnya siswa akan
belajar menulis anekdot. Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah
menuliskan kembali teks anekdot yang kamu baca dengan pola penyajian yang
berbeda.
Berikut ini adalah contoh teks anekdot Seorang Dosen yang
juga Menjadi Pejabat
dengan pola penyajian naratif
yang diubah dari
teks aslinya yang
berbentuk dialog.
Menyusun Teks Anekdot Berdasarkan Kejadian
yang
Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik
Dalam menyusun
anekdot, ada beberapa hal yang harus ditentukan lebih dulu. Hal tersebut adalah
tema, kritik, kelucuan, tokoh, struktur, dan pola penyajian teks anekdot.
Langkah-langkah ini akan memudahkan kamu untuk belajar menyusun anekdot. Jadi, bacalah dengan teliti contoh penyusunan
anekdot agar nantinya kamu bisa menyusun
anekdotmu sendiri.
Dalam contoh
berikut ini, kamu akan mengetahui bagaimana anekdot disusun. Langkah-langkah
penyusunan disajikan dalam bentuk tabel, dengan penyelesaian pada kolom ketiga.
No. |
Aspek |
Isi |
|
1. |
Tema |
Kasih sayang
pada orang tua |
|
2. |
Kritik |
Anak yang memandang orang tua di masa tuanya sebagai orang
yang merepotkan. |
|
3. |
Humor/ kelucuan |
Orang dewasa
malu karena dikritik oleh anak kecil |
|
4. |
Tokoh |
Kakek tua,
ayah dan ibu (anak), cucu 6 tahun |
|
5. |
Struktur |
Observasi |
Kakek tua yang tinggal bersama anak, menantu dan cucu 6 tahun. |
Orientasi |
Kebiasaan makan malam di rumah si
anak. Kakek tua makannya sering berantakan. |
||
Krisis |
Kakek tua diberi meja kecil terpisah
di pojok, dengan alat makan anti pecah. |
||
Reaksi |
Cucu 6 tahun membuat
replika meja terpisah. |
||
Koda |
Cucu 6 tahun mengungkap-kan kelak akan membuat meja terpisah juga untuk ayah
dan ibunya. |
||
6. |
Alur |
Kakek tua tinggal bersama anak, menantu dan cucunya yang
berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si Kakek rabun dan tangannya bergetar
sehingga kerap menjatuhkan makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia
ditempatkan di meja terpisah dengan alat makan anti pecah. Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh cucu 6
tahun yang tengah bermain membuat replika meja. |
No. |
Aspek |
Isi |
7 |
Pola
penyajian |
Narasi |
8 |
Teks anekdot |
Seorang kakek
hidup serumah bersama anak, menantu, dan cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun
sering mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya membuat kakek susah menyantap makanan. Sendok dan
garpu kerap jatuh. Saat si kakek meraih gelas, susu tumpah membasahi
taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun, suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak menghamburkan makanan lagi. Sang cucu yang baru berusia 6 tahunmengamati semua kejadian itu dalam diam. Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang membuat replika mainan kayu. “Sedang apa, sayang?” tanya ayah pada anaknya. “Aku sedang membuat meja buat Ayah dan Ibu. Persiapan buat ayah dan ibu bila aku besar nanti.” Ayah anak kecil itu langsung terdiam. Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak ternoda kuah. Sumber: J. Sumardianta, Guru Gokil Murid Unyu. Halaman 47.(dengan penyesuaian) |
Demikian Materi Teks Anekdot
yang dapat saya sampaikan, semoga dapat membantu dalam belajar.
Sumber :
Indonesia. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Bahasa Indonesia : buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- .
Edisi Revisi
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. xviii, 366 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X
ISBN 978-602-427-102-2 (jilid
lengkap) ISBN 978-602-427-103-9
(jilid 1)
Penulis : Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. Penelaah : Dwi Purnanto, Hasanuddin WS, Liliana
Muliastuti,
Muhammad Rapi Tang
Penyelia Penerbitan : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud