Kamis, 24 April 2025

MAKALAH PENYELESAIAN KONFLIK DALAM ORGANISASI

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyelesaian Konflik dalam Organisasi” ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk upaya penulis dalam memahami lebih dalam tentang pentingnya pengelolaan konflik di dalam lingkungan organisasi. Konflik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika organisasi, namun apabila dikelola dengan tepat, konflik justru dapat menjadi pemicu inovasi, kreativitas, dan perubahan positif dalam organisasi. Oleh karena itu, pembahasan mengenai penyebab, dampak, serta strategi penyelesaian konflik menjadi sangat penting bagi kelangsungan dan perkembangan suatu organisasi.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak merujuk pada literatur-literatur yang relevan dan telah diakui kredibilitasnya. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna penyempurnaan karya ilmiah ini di masa mendatang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya dalam memahami dan mengimplementasikan strategi penyelesaian konflik yang efektif dalam lingkungan organisasi.

 

                                                                                       Cimahi,     April 2025

                                                                                      Penulis



DAFTAR  ISI

 

 KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang...................................................................................... 1

1.2.Rumusan masalah................................................................................. 3

1.3.Tujuan & Manfaat.............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Konflik .............................................................................. 2

2.2.Konflik dalam Organisasi ................................................................... 3

2.3.Teori -Teori Konflik ............................................................................ 5

2.4.Faktor Penyebab Konflik dalam Organisasi………………………….7

2.5.Strategi Penyelesaian Konflik………………………………………...8

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan......................................................................................... 10

3.2.Saran................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

                            

 

 

                               BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi. Setiap organisasi terdiri dari individu-individu yang memiliki latar belakang, kepentingan, nilai, dan tujuan yang beragam. Perbedaan ini dapat menjadi sumber kekuatan, namun juga berpotensi menimbulkan ketegangan atau pertentangan yang dikenal sebagai konflik. Dalam konteks organisasi, konflik dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari konflik antar individu, antar kelompok, hingga konflik antara karyawan dan manajemen. Jika tidak dikelola dengan baik, konflik dapat menyebabkan disfungsi dalam komunikasi, menurunnya produktivitas, melemahnya loyalitas karyawan, dan bahkan merusak budaya organisasi.

Namun, konflik tidak selalu membawa dampak negatif. Bila ditangani secara bijak dan profesional, konflik dapat menjadi motor penggerak perubahan positif dalam organisasi. Proses penyelesaian konflik yang konstruktif mampu meningkatkan keterbukaan komunikasi, memperkuat kerjasama tim, serta menumbuhkan inovasi dalam menyelesaikan permasalahan organisasi. Oleh karena itu, penyelesaian konflik dalam organisasi bukan hanya bertujuan untuk meredam ketegangan, tetapi juga untuk membangun kembali hubungan kerja yang harmonis dan meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Dalam upaya menyelesaikan konflik, pemimpin organisasi, manajer, serta seluruh elemen organisasi perlu memahami akar permasalahan yang mendasari konflik, mengenali jenis-jenis konflik yang mungkin terjadi, serta mampu menerapkan pendekatan dan strategi penyelesaian yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik organisasi. Pendekatan ini harus dilakukan secara proporsional, adil, dan mengedepankan kepentingan bersama. Dalam setiap organisasi, baik yang bersifat profit maupun non-profit, dinamika antar individu maupun kelompok merupakan hal yang tidak terhindarkan. Interaksi ini seringkali menimbulkan perbedaan pandangan, kepentingan, tujuan, bahkan nilai-nilai personal yang dapat memicu konflik. Konflik dalam organisasi tidak selalu berdampak negatif, karena pada tingkat tertentu konflik dapat memacu kreativitas, inovasi, dan perbaikan sistem kerja. Namun demikian, konflik yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan produktivitas, menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif, hingga mengganggu kelangsungan organisasi.

Penyelesaian konflik dalam organisasi memerlukan pendekatan yang proporsional dan sistematis. Pemimpin organisasi dan para manajer dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi, negosiasi, dan mediasi agar konflik dapat dikelola menjadi peluang yang konstruktif. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab, jenis-jenis, serta strategi penyelesaian konflik agar tercipta lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam mengenai penyebab konflik dalam organisasi, teori-teori konflik yang relevan, serta strategi penyelesaiannya secara sistematis. Harapannya, makalah ini dapat memberikan pemahaman dan kontribusi positif dalam pengelolaan konflik di lingkungan kerja agar tercipta suasana yang produktif, sinergis, dan berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi.

 

 

 

 

 

 

1.2. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian konflik dalam organisasi?

2.      Apa saja faktor penyebab konflik dalam organisasi?

3.      Bagaimana cara menyelesaikan konflik dalam organisasi secara efektif?

1.3.Tujuan dan Manfaat

1.    Menjelaskan definisi konflik dalam organisasi.

2.    Mengidentifikasi penyebab konflik dalam organisasi.

3.    Menyajikan metode penyelesaian konflik secara proporsional dan efektif.

 

 


                          BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
 

2.1  Pengertian Konflik

Konflik dalam organisasi adalah suatu proses yang terjadi ketika terdapat ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih yang memiliki kepentingan, tujuan, nilai, atau persepsi yang berbeda. Ketidaksesuaian ini dapat berkembang menjadi ketegangan, pertentangan, atau bahkan konfrontasi terbuka apabila tidak segera dikelola dengan baik.

Menurut Robbins (2003), “konflik adalah suatu proses yang dimulai ketika seseorang merasakan bahwa pihak lain telah secara negatif mempengaruhi, atau akan secara negatif mempengaruhi sesuatu yang menjadi perhatian individu tersebut.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa konflik bersifat subjektif dan bisa timbul hanya karena persepsi terhadap ancaman atau ketidaksesuaian kepentingan.

Lebih lanjut, Davis dan Newstrom (1993) menjelaskan bahwa, “konflik dalam organisasi merupakan kenyataan kehidupan kerja yang tidak terelakkan, karena setiap individu memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda-beda.” Artinya, konflik bukan hanya tak terhindarkan, tetapi juga merupakan bagian alami dari interaksi sosial di tempat kerja.

Konflik tidak selalu membawa dampak buruk. Bila dikelola dengan tepat, konflik dapat menjadi pemicu munculnya solusi kreatif, inovasi, dan peningkatan kualitas hubungan kerja. Oleh karena itu, pemahaman yang menyeluruh mengenai konflik dan cara penyelesaiannya sangat penting dalam upaya menciptakan organisasi yang produktif dan harmonis.

 

2.2. Konflik dalam Organisasi

 

Konflik dalam organisasi merupakan fenomena yang kompleks dan melibatkan berbagai elemen internal, seperti struktur organisasi, sistem komunikasi, budaya organisasi, dan dinamika antar individu atau kelompok kerja. Konflik ini dapat bersifat vertikal (antara atasan dan bawahan) maupun horizontal (antar rekan sejawat), serta bisa bersumber dari masalah personal, profesional, maupun struktural.

Menurut Rahardi (2014), "konflik dalam organisasi terjadi ketika dua atau lebih individu atau kelompok merasa bahwa tujuan, kepentingan, atau nilai mereka saling bertentangan dan tidak dapat dicapai secara bersamaan." Dalam banyak kasus, konflik dalam organisasi bukan hanya berakar pada perbedaan pendapat atau kepentingan semata, melainkan juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan kekuasaan, komunikasi yang buruk, dan sistem pengambilan keputusan yang tidak inklusif.

Organisasi yang sehat bukanlah organisasi yang bebas konflik, melainkan organisasi yang mampu mengelola konflik secara efektif. Dalam pandangan Robbins (2003), konflik dapat diklasifikasikan sebagai fungsional dan disfungsional. Konflik fungsional mendorong kinerja dan inovasi, sementara konflik disfungsional menghambat produktivitas dan kerja sama.

Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk memiliki sistem dan prosedur manajemen konflik yang jelas, serta membekali para pemimpin dan anggota tim dengan keterampilan komunikasi, negosiasi, dan resolusi konflik yang memadai.

Konflik dalam organisasi dapat diklasifikasikan berdasarkan pelaku, ruang lingkup, dan sumber perbedaan yang terjadi. Robbins (2003) membagi jenis-jenis konflik sebagai berikut:

  1. Konflik Intrapersonal.

Konflik ini terjadi dalam diri individu. Misalnya, seseorang mengalami dilema antara tuntutan pribadi dan profesional atau antara keinginan pribadi dan nilai-nilai organisasi. Konflik jenis ini sering kali tidak tampak secara langsung namun dapat mempengaruhi performa individu secara signifikan.

  1. Konflik Interpersonal.

Konflik ini terjadi antara dua individu atau lebih dalam organisasi, misalnya antar karyawan atau antara bawahan dan atasan. Perbedaan gaya komunikasi, kepribadian, tujuan, atau persepsi sering menjadi penyebab konflik ini.

  1. Konflik Intragroup.

Konflik yang terjadi di dalam satu kelompok atau tim kerja. Misalnya, perbedaan pandangan dalam menyelesaikan tugas tim atau ketidakseimbangan kontribusi antar anggota tim. Konflik ini jika dikelola dengan baik bisa meningkatkan kreativitas tim, tetapi bila tidak ditangani dapat merusak kerja sama.

  1. Konflik Intergroup

Konflik antara dua kelompok atau lebih dalam organisasi, misalnya antar departemen atau divisi. Persaingan sumber daya, perbedaan tujuan, serta miskomunikasi antardepartemen sering menjadi pemicunya. Konflik ini berisiko menimbulkan fragmentasi dalam organisasi jika tidak diselesaikan secara sistematis.

2.2  Teori-teori Konflik

 

  1. Teori Tradisional

Teori ini memandang konflik sebagai sesuatu yang merugikan dan harus dihindari. Konflik dianggap muncul akibat komunikasi yang buruk, kurangnya kepercayaan antar individu, atau kegagalan manajerial. Oleh karena itu, penyelesaian konflik dalam teori ini lebih bersifat represif, yaitu dengan menekan atau menghilangkan sumber konflik secara langsung (Robbins, 2003).

  1. Teori Hubungan Manusia (Human Relations View)

Berbeda dari pendekatan tradisional, teori ini memandang konflik sebagai sesuatu yang alamiah dan tidak dapat dihindari dalam kehidupan organisasi. Konflik dianggap dapat memberikan kontribusi positif apabila dikelola dengan baik, seperti meningkatkan pemahaman antar individu dan memperbaiki hubungan kerja (Rahardi, 2014).

  1. Teori Interaksionis (Interactionist View)

Teori ini mendorong munculnya konflik dalam jumlah tertentu agar organisasi tetap dinamis dan inovatif. Menurut pandangan ini, konflik tidak hanya bisa diterima, tetapi juga perlu ditumbuhkan secara konstruktif untuk mencegah stagnasi dan mendorong pertumbuhan organisasi (Robbins, 2003).

2.4. Faktor  Penyebab Konflik Dalam Organisasi

 

Konflik dalam organisasi adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena organisasi terdiri dari individu-individu dengan latar belakang, kepentingan, dan pandangan yang berbeda. Konflik yang terjadi dalam organisasi dapat bersifat konstruktif maupun destruktif tergantung pada cara penanganannya. Pemahaman terhadap faktor penyebab konflik sangat penting agar organisasi dapat mengelola konflik secara efektif.

1.    Perbedaan Tujuan

 

Salah satu penyebab utama konflik dalam organisasi adalah perbedaan tujuan antar individu atau antar departemen. Setiap unit dalam organisasi biasanya memiliki target dan kepentingan sendiri, yang kadang tidak selaras dengan unit lain.

Konflik terjadi ketika dua pihak atau lebih mempunyai tujuan yang tidak selaras atau bertentangan satu sama lain dalam suatu organisasi

(Sutrisno, Edy. Manajemen Sumber Daya Manusia, 2010: 282).

 

      2. Komunikasi yang Buruk

 

Kurangnya komunikasi atau komunikasi yang tidak efektif dapat menyebabkan kesalahpahaman, yang pada akhirnya memicu konflik. Informasi yang tidak tersampaikan dengan baik atau berbeda persepsi juga menjadi pemicu utama.

Komunikasi yang tidak jelas, informasi yang disalahartikan, atau tidak adanya komunikasi dapat memperbesar peluang terjadinya konflik dalam organisasi
(Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, 2008: 199).

 

3.  Perbedaan Nilai dan Persepsi

Individu dalam organisasi memiliki latar belakang budaya, pendidikan, dan pengalaman yang berbeda, yang membentuk nilai dan persepsi masing-masing. Ketika nilai atau persepsi ini bertentangan, konflik cenderung muncul.

Konflik sering muncul karena adanya perbedaan nilai dan persepsi dalam menanggapi suatu situasi kerja (Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, 2005: 128).

 

     4.  Distribusi Sumber Daya yang Tidak Merata

 

Persaingan atas sumber daya yang terbatas seperti anggaran, fasilitas, atau tenaga kerja dapat memicu konflik antar individu maupun antar departemen.

Keterbatasan sumber daya dan distribusinya yang tidak merata dalam organisasi menjadi salah satu penyebab utama timbulnya konflik (Handoko, T. Hani. Manajemen, 2003: 210).

 

5.    Ketergantungan Antar Tugas

 

Dalam organisasi, keberhasilan suatu unit sering kali bergantung pada unit lain. Ketika satu bagian tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka bagian lain yang bergantung padanya akan terdampak, sehingga memunculkan konflik.

Tingkat ketergantungan antar unit kerja yang tinggi dapat menimbulkan potensi konflik jika koordinasi tidak berjalan dengan efektif (Robbins, Stephen P., diterjemahkan oleh Benyamin Molan. Perilaku Organisasi, 2007: 388).

2.5. Strategi Penyelesaian Konflik

 

Konflik dalam organisasi tidak selalu dapat dihindari, namun dapat dikelola dan diselesaikan secara konstruktif melalui berbagai pendekatan. Menurut Robbins (2006), terdapat lima strategi utama dalam penyelesaian konflik yang dapat disesuaikan dengan situasi dan karakteristik pihak-pihak yang terlibat:

1.    Menghindar (Avoiding)

Strategi ini dilakukan dengan cara menarik diri dari konflik atau menunda respon terhadap konflik sampai waktu yang tepat. Pendekatan ini cocok digunakan ketika masalah yang dihadapi tidak terlalu penting, atau saat ketegangan masih tinggi dan memerlukan waktu untuk meredakan emosi. Namun, jika terus menerus dilakukan, strategi ini dapat memperburuk konflik karena tidak adanya penyelesaian yang jelas.

Menghindar adalah pilihan yang tepat ketika hasil penyelesaian konflik tidak sebanding dengan risiko atau energi yang dikeluarkan untuk menyelesaikannya. (Robbins, 2006)

2.    Mengakomodasi (Accommodating)

Dalam strategi ini, salah satu pihak rela mengalah atau menurunkan tuntutannya demi menjaga hubungan yang baik dengan pihak lain. Strategi ini berguna jika pihak lain berada dalam posisi yang lebih kuat, atau ketika menjaga keharmonisan hubungan dianggap lebih penting daripada memenangkan konflik.

Mengakomodasi berarti lebih mementingkan hubungan interpersonal dibanding kepentingan pribadi.(Robbins, 2006)

 

3.    Kompetisi (Competing)

Pendekatan kompetisi dilakukan ketika seseorang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan keinginan pihak lain. Strategi ini digunakan dalam situasi darurat atau ketika keputusan cepat harus diambil. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan ketegangan yang tinggi dan memperburuk hubungan antar individu.

Kompetisi cocok untuk keputusan mendesak, tetapi dapat menciptakan konflik jangka panjang jika tidak dibarengi dengan pendekatan lain. (Robbins, 2006)

 

4.    Kompromi (Compromising)

Kompromi melibatkan kedua pihak untuk saling mengurangi tuntutannya agar mencapai solusi bersama. Strategi ini efektif ketika kedua pihak memiliki kekuatan yang relatif seimbang dan ingin mencapai penyelesaian cepat tanpa berlarut-larut.

Kompromi memungkinkan solusi praktis yang bisa diterima kedua belah pihak, meski tidak ideal untuk jangka panjang.(Robbins, 2006)

5.    Kolaborasi (Collaborating)

Ini adalah pendekatan paling konstruktif di mana kedua pihak bekerja sama secara terbuka untuk menemukan solusi yang memuaskan semua pihak. Strategi ini mendorong komunikasi yang efektif, saling pengertian, dan pencarian solusi yang win-win.

Kolaborasi menekankan kerja sama dan rasa saling percaya untuk mencapai kepentingan bersama.(Robbins, 2006)

Strategi penyelesaian konflik tidak dapat dipilih secara sembarangan. Seorang manajer atau pemimpin harus mampu menganalisis situasi konflik, memahami karakteristik individu yang terlibat, serta mempertimbangkan dampak jangka panjang dari strategi yang dipilih. Pemilihan strategi yang tepat akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.


BAB III
PENUTUP

 

 

3.1 Kesimpulan

Konflik dalam organisasi merupakan suatu proses alami yang terjadi akibat adanya perbedaan tujuan, nilai, kepentingan, maupun persepsi antar individu atau kelompok. Konflik tidak selalu bersifat negatif; jika dikelola dengan baik, konflik dapat menjadi sarana pengembangan kreativitas, inovasi, serta peningkatan kualitas hubungan kerja. Sebaliknya, konflik yang tidak terselesaikan dapat mengganggu produktivitas dan menghambat kinerja organisasi.

Terdapat berbagai jenis konflik dalam organisasi, mulai dari konflik intrapersonal hingga konflik antar kelompok, yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti perbedaan tujuan, komunikasi yang buruk, serta ketimpangan distribusi sumber daya. Oleh karena itu, organisasi perlu memahami teori-teori konflik serta strategi penyelesaiannya.

Menurut Robbins (2006), terdapat lima pendekatan utama dalam menyelesaikan konflik, yaitu: menghindar, mengakomodasi, bersaing, kompromi, dan kolaborasi. Pemilihan strategi harus mempertimbangkan konteks, dampak jangka panjang, serta hubungan antar pihak yang terlibat. Pendekatan kolaboratif sering dianggap sebagai strategi paling efektif karena menghasilkan win-win solusi .

Konflik merupakan bagian dari dinamika organisasi yang tidak dapat dihindari. Dengan memahami penyebab dan menerapkan strategi penyelesaian yang tepat, konflik dapat menjadi sarana peningkatan kinerja dan kerjasama. Organisasi yang efektif bukanlah organisasi tanpa konflik, melainkan organisasi yang mampu mengelola konflik secara positif dan strategis. Dengan pendekatan yang tepat, konflik dapat dijadikan sarana introspeksi, pemecahan masalah, serta pengembangan diri dan organisasi secara keseluruhan.

 

  

3.2. Saran

Saran Organisasi perlu memberikan pelatihan manajemen konflik kepada seluruh anggota agar dapat menyikapi dan menyelesaikan konflik secara konstruktif. Diperlukan pula peningkatan keterbukaan komunikasi, budaya kerja yang inklusif, serta kepemimpinan yang responsif terhadap dinamika interpersonal di lingkungan kerja.

Organisasi perlu menerapkan sistem manajemen konflik yang jelas serta membekali seluruh anggota, terutama pemimpin, dengan keterampilan komunikasi dan resolusi konflik. Pemilihan strategi penyelesaian yang tepat harus disesuaikan dengan kondisi dan tujuan jangka panjang agar tercipta solusi yang konstruktif dan berkelanjutan.

1.    Peningkatan Pemahaman:

Organisasi sebaiknya memberikan pelatihan tentang manajemen konflik kepada seluruh lapisan karyawan agar mereka mampu mengenali potensi konflik sejak dini dan menanganinya secara efektif.

2.    Penguatan Komunikasi:

Membangun sistem komunikasi yang terbuka, jelas, dan transparan sangat penting untuk meminimalisasi kesalahpahaman yang menjadi sumber utama konflik.

3.      Peran Aktif Pemimpin:

Pemimpin organisasi harus bertindak sebagai fasilitator dalam setiap konflik yang terjadi dan memastikan proses penyelesaian dilakukan secara adil dan partisipatif.

4.      Kebijakan Manajemen Konflik:

Organisasi perlu memiliki prosedur dan kebijakan tertulis tentang penanganan konflik agar ada acuan yang jelas dan konsisten dalam menyikapi setiap perbedaan yang muncul.

5.      Promosi Budaya Kolaboratif:

Mendorong budaya kerja yang kolaboratif dan menghargai perbedaan akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan produktif.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Davis, Keith & Newstrom, John W. (1993) Organizational Behavior: Human Behavior at Work . Penerbit: McGraw-Hill

Handoko, T. Hani (2003) Manajemen   Penerbit: BPFE Yogyakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu (2005) Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan Penerbit: Remaja Rosdakarya

Rahardi, R. (2014) Manajemen Konflik: Upaya Penyelesaian Konflik dalam Organisasi Penerbit: Erlangga

Robbins, Stephen P. (2003 & 2006) Perilaku Organisasi (diterjemahkan oleh Benyamin Molan) Penerbit: PT Indeks, Jakarta.

Siagian, Sondang P. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia Penerbit: Bumi Aksara

Sutrisno, Edy (2010) Manajemen Sumber Daya Manusia Penerbit: Kencana Prenada Media Group

 


https://docs.google.com/document/d/192nF81TWSzxqOEu7mIyN_6vn_BIDj-0M/edit?usp=sharing&ouid=109189539062595672448&rtpof=true&sd=true